1.
Semua perbualan haruslah bertujuan kebaikan. “Barangsiapa yang beriman
pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.”
(HR Bukhari Muslim)
2.
Jelas dalam perkataan. “Bahawasanya perkataan Rasulullah SAW itu selalu
jelas sehingga mampu difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
3.
Tidak berbual kosong dan bercakap besar. “Sesungguhnya orang yang paling
aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari kiamat ialah orang yang banyak
perbualan sia-sia dan berlagak dalam berbicara.” (HR Tirmizi dan
dihasankannya).
4.
Tidak terlalu banyak cakap kerana khuatir membosankan yang mendengar.
“Ibnu
Mas’ud r.a. senantiasa mengajar kami setiap hari Khamis, maka berkata seorang
lelaki: ‘Wahai Abu Abdurahman (gelaran Ibnu Mas’ud)! Mahukan anda mengajar kami
setiap hari?’ Maka jawab Ibnu Mas’ud : ‘Sesungguhnya tidak ada yang
menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir ia membosankan kalian,
kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Nabi SAW dan beliau menjawab
khuatir membosankan kami.’” (Muttafaq ‘alaih)
5.
Mengulangi kata-kata yang penting jika perlu. Daripada Anas r.a. bahawa Nabi SAW jika
berbicara maka baginda SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang
mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda SAW mendatangi rumah
seseorang maka baginda SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6.
Menghindari ucapan yang batil. “Sesungguhnya
seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai Allah SWT yang ia tidak
mengira akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah SWT keredhaan-Nya
bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan
satu kata yang dimurkai Allah SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka
Allah SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmizi dan ia
berkata hadis hasan sahih juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
7.
Menjauhi perdebatan sengit. “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan
hidayah untuk mereka, melainkan kerana terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan
Tirmidzi)
Dan
dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi SAW: “Aku jamin rumah di dasar syurga
bagi mereka yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah
di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bergurau, dan aku
jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaknya.” (HR Abu Daud).
8.
Menjauhi kata-kata keji, mencela dan melaknat. “Bukanlah seorang mukmin jika suka
mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmizi dengan sanad sahih)
9.
Menghindari banyak bergurau. “Sesungguhnya seburuk-buruk orang di sisi Allah SWT di
hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
10.
Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang
buruk. “Jika
seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi
amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia
menghasankannya)
11.
Menghindari dusta. “Tanda-tanda
munafik itu ada 3, jika ia bicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari
dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
12.
Menghindari mengumpat dan mengadu domba. “Janganlah kalian saling mendengki, dan
janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata
keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling
mengumpat satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara.” (Muttafaq ‘alaih)
13.
Berhati-hati memuji dengan niat membodek, berdasarkan hadis Nabi SAW dari
Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang membodek
orang lain di depan orang tersebut, maka kata Nabi SAW: “Awas, kamu telah
mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata
baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah:
Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan
seorangpun di sisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR
Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafaz Muslim). Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar
berkata: Berdiri seseorang memuji di
depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan
menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami
untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar membodek. (HR Muslim)
14.
Penolakan terhadap sesuatu yang tidak dipersetujui haruslah dalam keadaan tetap
menghormati, suara yang lembut serta tidak meninggikan suara.
15.
Penolakan harus penuh dengan dalil dan nasihat.
16.
Penolakan hendaklah dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya terlebih dahulu
sebelum mengomentari yang salah.
17.
Penolakan tidak bertentangan dengan syariat.
18.
Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat
dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi.
19.
Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak
berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikhuatirkan menjadi fitnah bagi
diri dan agamanya.
20.
Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari
kebencian serta penyakit hati.
0 ulasan:
Catat Ulasan